ngerokok bentar

sore itu hujannya cuma rintik tapi terus-menerus tergelincir dari langit tanpa jeda. sedang malas kebasahan nampaknya jadi alasannya untuk lalu berhenti di tepi gedung itu serta menatap guliran demi guliran lebih dari 536789421761543 bulir air yang sedang berpentas di hadapannya, dengan kosong.

sudah 2 menit 41 detik ia berdiri sendirian di sana, diam dengan tangan yang bersedekap di dada, dan menenggelamkan diri menyaksikan panggung masif alam raya.

46
47
48
..
..
..

***

'hidup kayak gini ya, ternyata.'  ia merogoh saku bajunya menemukan sekotak putih sahabatnya.
'sekalinya di atas, bikin terbang banget...' ia membuka ujung kotak itu dengan sebelah tangan, luwes, mengambil satu puntung putih lalu menjepitnya di antara bibirnya yang kering.
'namanya terbang mana ada sih yang pingin turun, ya kan
'yang ada pinginnya diterbangin makin tinggi.' ia merogoh saku celananya menemukan si sumber api, menjentikkannya ke pangkal si puntung, lalu mengisap ujung benda putih itu dalam-dalam.

'tapi ya gitu, terbang juga pasti ada tujuan
'kalau udah waktunya mendarat, pilotnya nggak mungkin iseng ngajak muter kemana dulu' embusan panjang pertama diselipi senyuman getir
..
..
..
'turun, mendarat, napak lagi di bumi' embusan ke.. empat.
..
'lalu ketemu medan baru yang beda sama tempat yang kita tinggalin dulu' embusan ke enam.
..
..
..
'harus menentukan amunisi, berdoa sampe gila semoga nggak salah taktik dan bisa selamat di medan yang ini' embusan ke...aku nggak ngitungin lagi.

'selamat supaya kemudian diizinin terbang lagi untuk perang di tempat lain yang musuhnya lebih ganas, dan perangnya lebih panas sehingga jauh butuh lebih banyak taktik,  ide ciamik.'

puntung pertama habis.

'tapi...ya........... gimana ya..........' 

ia membakar puntung kedua, padahal hujan sudah reda.

***
"They take pictures of the mountain climbers at the top of the mountain. They are smiling, ecstatic, triumphant. They don’t take pictures along the way cause who wants to remember the rest of it? We push ourselves because we have to not because we like it. The relentless climb, the pain and anguish of taking it to the next level – nobody takes pictures of that, nobody wants to remember, we just want to remember the view from the top, the breathtaking moment at the edge of the world. That’s what keeps us climbing and it’s worth the pain, that’s the crazy part. It’s worth anything."
Grey's Anatomy 6.17: Push

Comments

Popular posts from this blog

Tergelak di Ujung Sajak

Sekarang