bercerita 1

malam itu kami melakukan meditasi, seperti biasanya. tapi sudah lebih dari dua bulan saya absen semua pertemuan, sehingga dalam lingkaran ini, mungkin hanya saya yang paling lama tidak meditasi.
selalu begini, kegiatan ini selalu membawa saya ke fase lebih lanjut dari segala proses yang sedang saya jalani. proses berpikir, proses berencana, segala proses habitual yang diatur oleh rutinitas dan keadaan. segala proses yang sebagian besar dipaksakan, di-adjust sedemikian rupa agar sesuai dengan suatu image ideal di benak saya, di benak orang-orang kebanyakan. macam-macam proses, malam itu, dibawa ke sebuah fase analisis lebih dalam, tentang apa yang sebenarnya saya hindari, selama ini.
menyedihkan. sebenarnya kegiatan meditasi kali ini berbasis sebuah rekrutmen dari suatu unit kegiatan mahasiswa di kampus saya yang satu semester belakangan sedang saya geluti. semacam malam puncak setelah kami sukses menghadirkan suatu pentas akbar sebagai tugas besar angkatan, tapi ternyata tidak sebatas itu, sentilan-sentilan di antara hening dan kosong pikiran malah membawa saya untuk mengaitkan segala macam hal yang telah terjadi beberapa bulan belakangan.
sulit. mengakui apa yang sedang benar-benar kamu rasakan, dan tampil telanjang bulat tanpa sehelai kain penutup tanpa rasa malu.  sulit mengakui betapa kamu selama ini menutup nutupi banyak hal dari dirimu sendiri. sulit untuk sadar betapa kamu butuh wadah besar untuk membuang sampah-sampah, atau hal yang kamu sudah anggap sebagai sampah. sulit untuk berhenti menahan emosi, ketika akhirnya ada keadaan dimana kamu bisa melepaskan semuanya tanpa harus banyak berkata.
dan di sana saya mendapati diri saya berdiri dengan mata terpejam, dalam suatu lingkaran dengan penerangan lima buah lilin yang disundut api, menonton segala emosi yang sudah terberbentuk, yang akhirnya tersemprotkan keluar, tanpa kendali.
mengejutkan, menyakitkan, sekaligus melegakan. tapi ada yang aneh; bulir-bulir air dari mata ini tak bisa berhenti.
***

Comments

Post a Comment

Tinggalkan Jejakmu

Popular posts from this blog

Tergelak di Ujung Sajak

Sekarang