Kesempatan

Dulu ia menghabiskan banyak waktunya untuk membaca buku. Rela menyisihkan uang jajan dan menahan godaan akan kudapan asal-asalan di waktu rehat demi bisa "berbelanja" setumpuk koleksi baru untuk mengisi raknya.

Di dalam buku, ia bepergian jauh dan berpikir dengan cara di luar keadaan nalarnya. Dengan buku, sebuah sore remang, dan kesunyian, ia bersama dirinya bersembunyi dibalik kisah suatu sosok dan bergumul dengan banyak jenis perasaan.
Dengan buku, sebuah akhir minggu siang malas, dan sekelebat-sekelebat suara kendaraan, ia dapat pulang bergandengan dengan satu relung yang ia temukan di dalam dadanya.

Kadang ada rindu, dan ketakjuban di saat yang sama ketika ia  teringat masa lampaunya. Entah sejak kapan kebiasaan itu memudar kemudian perlahan hilang saja. Dan kini bahkan ia sudah lupa di mana letak kenikmatan membaca.
Kini bahkan setengah halaman cerita bisa membuatnya mengerjapkan mata.
Kini bahkan selembar ratus ribuan terasa lebih nyata untuk dihabiskan bersama termal manusia dan menu sia-sia.
Dan dengan nilai yang sama, sebuah buku terasa tak lagi tergapai dan tak pernah lagi ia coba gapai.

***

Di mana waktu?


Ia bertanya, pada uap kopi hitam dan sengat harumnya. Yaitu senjatanya untuk menyentil bangun hormon adrenalin agar dapat bermitra menghadapi halaman-halaman pdf yang siap ia suntikkan ke dalam kepalanya.

*
Bandung, 2014
Dalam selebrasi perasaan menuju ujian akhir dan  daya upaya menghidupkan hapalan. Dan harapan.

Comments

Popular posts from this blog

Malam itu

BT bener2 BT