Posts

Showing posts from February, 2013

bercerita 1

malam itu kami melakukan meditasi, seperti biasanya. tapi sudah lebih dari dua bulan saya absen semua pertemuan, sehingga dalam lingkaran ini, mungkin hanya saya yang paling lama tidak meditasi. selalu begini, kegiatan ini selalu membawa saya ke fase lebih lanjut dari segala proses yang sedang saya jalani. proses berpikir, proses berencana, segala proses habitual yang diatur oleh rutinitas dan keadaan. segala proses yang sebagian besar dipaksakan, di-adjust sedemikian rupa agar sesuai dengan suatu image ideal di benak saya, di benak orang-orang kebanyakan. macam-macam proses, malam itu, dibawa ke sebuah fase analisis lebih dalam, tentang apa yang sebenarnya saya hindari, selama ini. menyedihkan. sebenarnya kegiatan meditasi kali ini berbasis sebuah rekrutmen dari suatu unit kegiatan mahasiswa di kampus saya yang satu semester belakangan sedang saya geluti. semacam malam puncak setelah kami sukses menghadirkan suatu pentas akbar sebagai tugas besar angkatan, tapi ternyata tidak seba

Pindah

ingin pindah rumah. mungkin cepat mungkin juga lambat. tapi ingin pindah rumah. karena tautan angka yang berderet berjuta-juta ini sudah terasa tak seharusnya lagi ditambah itu dan ini. apalagi dikali, tapi juga bukan berarti lantas dikurangi, karena masih ada sisa-sisa kisah yang pantas untuk dibagi. dan saya akan berbagi lebih banyak lagi, mungkin. di tempat lain.

Memoar 1 Februari

suatu petang di rumah makan pinggir jalan semangkuk sup ikan  dan ayam bakar dengan sambal yang pula membakar putaran di derajat tapakan kami sudah membuat kami meninggalkan matahari di diam yang sama sama sedang kami selami ia muncul duluan ke permukaan dan berkata:   "jika kau mati "nanti "kauingin dunia mengenangmu sebagai apa? "kauingin aku mengenangmu sebagai apa?" *** ingatan *** pertanyaannya tak pernah akutahu harus jawab apa tapi jika sekarang aku harus mempertanyakan hal serupa padanya aku memilih untuk tidak bertanya karena dia, membentuk sendiri, tentang bagaimana dirinya harus kukenang sebagai apa sebagai siapa sebagai yang bagaimana ***

kepada subuh

kepada subuh ia menghaturkan salam perpisahan untuk sebuah kisah yang dibagun lewat harmonisasi alam raya untuk sebuah perjalanan yang sengaja diakhiri sebelum sampai di tempat tujuan untuk sebuah tanda tanya yang dibiarkan menjadi dirinya untuk sebuah puisi panjang yang akhirnya dihentikan dengan nama kota dan tanggal di mana ia berada selamat menempuh perjalanan, have a nice one.

Rasa II

memang harus dirasakan dulu untuk tau bagaimana rasanya. setiap rasa bereaksi berbeda terhadap perasanya. ada yang peka, ada yang serba baal. tapi pada dasarnya suatu rasa pasti punya efek default yang akan terjadi pada setiap korbannya. mungkin sebelum tahu bagaimana rasa sebenarnya, kamu pikir mereka mengada-ada. bereaksi cepat lewat untaian kata demi kata, meledak-ledak bahagia, atau bersedih hati seakan hari esok cuma wacana. mungkin sebelum tahu bagaimana rasa sebenarnya, kamu pikir mereka cuma sekelompok orang yang bereaksi berlebihan pada sebuah perkara dunia. mungkin sebelum tahu bagaimana rasa sebenarnya, kamu pikir senang itu berbatas, kecewa itu berbatas, bahagia itu berbatas, kesal, sedih, puas, cemburu— semua emosi— kamu pikir semua emosi punya batas jelas dan tak akan ada makhluk tuhan yang mungkin melewati garis batasannya, kecuali golongan mereka yang mengada-ada. *** kemudian pengalaman mulai mengajarimu mengeja rasa, tidak dengan panca indera yang memang nyata